24 Agustus 2008

Pantaskah Kita Bermaksiat Kepada_Nya


Telah diriwayatkan suatu kisah bahwa ada seorang lelaki yang datang menemui Ibrahim bin Adham seraya berkata :”wahai Abu Ishaq! Sesungguhnya aku tidak dapat bersabar terhadap ma’shiyat, maka katakanlah padaku suatu perkataan yang dapat bermanfaat buatku.”

Ibrahim berkata :”ya! aku menyampaikan padamu, jika engkau dapat mengerjakannya maka perbuatan ma’shiyat tidak akan berbahaya buatmu.”

Laki-laki itu berkata :’Berikanlah !”

Ibrahim berkata : “Bila engkau ingin berma’shiyat pada Allah maka janganlah engkau memakan Rizqi-Nya.”

Ia berkata : ”Kalau begitu dariamankah aku akan makan sementara segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah rizqi kepunyaan Allah ?”

Ibrahim berkata : “Apakah pantas engkau memakan rizqi-Nya sambil berbuat ma’shiyat pada-Nya ?”

Laki-laki itu berkata : “tentu saja tidak. Berikanlah yang kedua !”

Ibrahim berkata : “jika engkau ingin berbuat ma’shiyat pada-Nya maka janganlah engkau tinggal di negeri-Nya.”

Ia berkata : “Hal ini lebih berat lagi dari yang pertama ! jika seluruh langit dan bumi serta apa yang ada di keduanya dan isinya adalah kepunyaannya, dimanakah aku akan tinggal ?”

Ibrahim berkata : “Apakah pantas engkau makan dari rizqi-Nya dan tinggal di negeri-Nya lalu engkau berbuat ma’shiyat kepada-Nya ?”

Laki-laki berkata : “Tentu tidakk. Berikanlah yang ketiga !

Ibrahim berkata : “jika engkau ingin berbuat ma’shiyat pada-Nya, maka carilah tempat dimana ia tidak melihatmu dan berbuat ma’shiyatlah di situ.”

Ia berkata : “Wahai Abu Ishaq ! bagaimana aku dapat melakukan itu sementara tidak ada satu tempatpun di langit, di bumi, di pegunungan dan lautan melainkan nampak jelas bagi-Nya. Ia melihat apa yang berada di kedalaman lautan dan yang ada di perut gunung ?”

Ibrahim berkata : “Wahai fulan ! apakah pantas engkau makan dari rizqi-Nya, tinggal di negri-Nya lalu engkau terang-terangan berbuar ma’shiyat pada-Nya ?”

Ia berkata : Tentu tidak ! berikanlah yang keempat.”

Ibrahim berkata : Bila malaikat maut mendatangimu untuk mencabut ruhmu, maka katakanlah padanya : “Akhirkanlah (kematian)ku hingga aku bertaubat.”

Ia berkata : “Ia tidak akan menerimanya.”

Ibrahim berkata : “Wahai Fulan ! bila engkau berbuat ma’shiyat kepada-Nya sementara engkau tak merasa aman dengan kematian yang mendadak dan ia tidak mungkin mengakhirkannya, sehingga engkau bias mati dalam keadaan tidak bertaubat , maka bagaimanakah keadaanmu ?!.”

Ia berkata : Berikanlah yang kelima !

Ibrahim berkata : “bila malaikat Zabaniyah di utus untuk melemparkanmu ke dalam api neraka maka janganlah engkau ikut bersama mereka.”

Ia berkata : “Ia tidak akan membiarkanmu”

Ibrahim berkata : “Jika engkau tidak sanggup untuk menolak mereka lalu engkau sendiri tidak meninggalkan ma’shiyat, bagaimana engkau mengharapkan keselamatan ?”

Ia berkata : “Cukuplah !”

Laki-laki itu lalu bermulazamah dengan Ibrahim, beribadah pada Allah hingga ia meninggal dunia.


Ya Allah, betapa banyak dosa yang telah kami perbuat, mungkin tiada yang mampu menghitungnya

Ya Allah betapa hina diri ini, betapa tidak tau dirinya kami, Sesuka hati berbuat padahal apapun yang kami lakukan tak pernah lepas dari ni’mat-Mu.

Sungguh tak pantas kami menggunakan fasilitas dari-Mu untuk berma’shiyat pada-Mu.
Janganlah kau jadikan kami orang yang ingkar atas ni’mat yang telah kau berikan…

Tidak ada komentar: